Saturday, June 17, 2006

Autis-Indigo-Gifted..Pusing ah..

Sebutan apa yang akan diberikan pada anak yang mengenal semua alfabet latin pada usia 1 tahun, mengenal semua bentuk dan warna pada usia 15 bulan, dapat mengeja menu restoran pada 1.5 tahun, dapat menulis dan menggambar objek kompleks pada usia 33 bulan, dapat menghafal 30 lagu dalam satu minggu, mulai membaca usia 34 bulan tanpa diajari, dapat menyanyikan kembali lagu hanya dengan mendengarnya sekali, dan memiliki kosa kata yang luas?
Pintar. Jenius. Prodigi?


Sebutan apa yang akan diberikan pada batita yang kesulitan berbicara lengkap, memiliki masalah kontak mata, yang jarang melihat ketika dipanggil, yang tidak bisa diam, sensitif pada suara keras, barang lengket dan bahan baju tertentu, dan senang melihat benda berputar?
Autis. Disinkroni. Disorder.

Sebutan apa yang akan diberikan pada batita yang gemar melakukan hal-hal aneh dari memasukkan tempe ke dalam pemutar kaset, bernyanyi dengan shower, menggambar di dinding dengan coklat, membuat menara dari bungkus mie cup, mandi di atas meja dengan air minum? Nakal. Kreatif.

Tambahkan semua hal diatas. Dan tambahkan kemampuan melihat makhluk halus.
Indigo?

Anakku memang tidak biasa. Aku sudah tahu bahkan sebelum seseorang mengatakan padaku untuk mengarahkannya dengan baik karena dia memiliki aura seorang penyembuh.

Tentu saja setiap masalah disorder membutuhkan penangangan. Tetapi tentu saja penanganannya pun mestilah penanganan yang tepat, yang sesuai dengan masalah yang dialaminya.
Yang sulit, penegakan diagnosa sekarang ini pun tidaklah mudah. Maaf, bukan tidak mudah, tapi justru dibuat terlalu mudah. Banyak pakar yang berpendapat diagnosa cukup diberikan dengan mengamati kriteria DSM IV dan ICD 10. Dengan hanya menyebutkan masalah disinkroninya diatas, anakku sudah pasti masuk kriteria autistic disorder versi DSM IV walaupun banyak yang mengganjal karena jawabanku kebanyakan adalah 'kadang-kadang' bukan 'ya'.
Masalahnya dengan sistem coret-mencoret DSM IV kriteria ini adalah..menurutku itu terlalu luas. Aku bisa memasukkan banyak anak yang aku tahu (dan belum atau tidak mengunjungi pakar kesehatan untuk mengecek) ke dalam kriteria ini.
Padahal disinkroni diatas juga adalah indikator untuk mereka yang visual spatial learner dengan masalah auditori.
Karenanya, kemungkinan misdiagnosa anak-anak yang tak bisa diam menjadi ADHD, atau anak-anak dengan disinkroni diatas menjadi autis, sangat-sangat besar.
Oleh karena itu, aku mengharapkan proses pemeriksaan yang menyeluruh, yang tidak mengabaikan faktor-faktor emosional, karakter dan lain sebagainya.
Bukan hanya proses pemeriksaan lima menit berdasarkan disinkroninya.

Orang boleh mengataiku ngeyel, sok tahu, lari dari kenyataan atau apapun.
Tapi apa salah aku sebagai seorang non-pakar menuntut hak untuk pemeriksaan yang lebih teliti untuk menentukan treatment yang paling tepat sesuai kebutuhannya? Maksudku jangan sampai anakku yang sebenarnya sudah bicara dengan artikulasi jelas, hanya tidak bisa membuat kalimat, terus dilatih untuk mengucapkan kata. Atau jangan sampai anakku mengikuti treatment mahal yang ternyata hanya placebo.

Pengalamanku mengikuti assesment, tak sedikitpun aku ditanya bagaimana perkembangan emosional dan kreativitas anakku. Padahal kebanyakan orang yang melihat anakku pertama kali tidak akan melihat disinkroninya, karena dia periang, iseng, dan seringkali (kalau lagi mood) bersikap hangat. Emosinya berkembang baik. Dia menangis kalau kehilangan mamanya dan bahkan bisa berempati. Kalau mamanya nangis dia panik, berusaha ngajak ketawa tapi kalau gagal akhirnya ikut nangis. Kalau mamanya kesakitan dia belai-belai kepala mamanya. Dia clingy sama mamanya, dan sekarang clingy pada gurunya di sekolah.
Dia bisa bermain dengan temannya, selama temannya tidak bersikap kasar padanya. Memanggil nama temannya, mengisengi temannya. Dia pun kreatif, kadang terlalu kreatif sampai bikin bete. Dia suka ke shopping mal..(atau itu gara2 mamanya waktu hamil jalan-jalan ke mal melulu ya?).. Dia tidak melakukan hal repetitif.
Oh..kalau begitu itu mild autistic, autis ringan! MSDD. Yah..apapun,terserah.
Mau anakku autis atau bukan, toh treatment floor time yang aku terapkan di
rumah cocok untuk anak autis. Aku mengajarinya dengan gambar dan lagu. Menyediakan mainan-mainan yang mendukung. Gosok-gosok, naik kuda dsb? Aku lebih memilih membiarkan kasurku dijadikan trampolin, memasukkannya ke pusat olahraga untuk anak dan bermain musik. Makanan? Anakku bukan picky-eater, dia makan apa saja. Terapi wicara? Aku memang tetap akan memberikan terapi wicara, kalau sudah menemukan terapis yang sesuai.
Aku memasukkan dia ke sekolah normal, dan sejauh ini walau baru dua minggu sekolah, dia banyak berkembang dalam hal kemandirian. Setiap hari dia bawa lagu atau gerakan baru ke rumah.

Aku bukan dalam tahap penyangkalan. Aku hanya orang yang terbiasa mencari penjelasan dan berusaha melihat dari sudut pandang yang lain. Aku hanya mengharapkan diagnosa berdasarkan assesment yang terpadu, multidisiplin dan menyeluruh. Greenspan saja bilang assesment itu sulit, bisa sampai enam bulan. Harus mengawasi bagaimana hubungannya dengan yang mengasuh. Bukannya melihat hubungan sosial dan emosional dengan orang rumahnya baik-baik saja terus malah mengembangkan kriteria autisme menjadi bisa dekat dengan orang tertentu seperti pengasuh. Kalau memang berdasarkan assesment yang ideal menurutku itu dia memang autis, ya wis..ditangani saja.
Anak-anak spesial seperti ini mungkin sudah banyak sejak dulu kala, mungkin aku pun termasuk diantaranya walaupun dengan gejala ringan. Tapi tanpa macam-macam aku survive juga.
Aku dan suamiku memiliki keuntungan dengan memiliki banyak keserupaan dengan anakku sekarang sehingga kadar toleransi kami sangat tinggi. Kami sama-sama cuek, malas menoleh kalau dipanggil. Sama-sama visual learner. Sama-sama isengan. Aku punya banyak sensitivitas dan disinkroni.

Pe-erku sekarang banyak. Membimbing anakku menggunakan bahasa ekspresif. Membimbingnya untuk terus berkomunikasi dua arah. Mengajari untuk lebih disiplin. Mencari-cari gym club buat dia. Mencari speech therapist yang cocok.
Dan di masa mendatang, aku masih harus membimbingnya membedakan makhluk-makhluk yang hanya bisa dilihatnya dengan yang bisa dilihat juga olehku. Mengajari perbedaan imajinasi dengan realitas saja sudah susah, apalagi menjelaskan dunia gaib.
Tapi aku tahu..inilah tugasku. Kepercayaan yang diberikan Allah padaku. Dan beruntunglah aku menjadi seorang 'ibu-internet' yang memiliki sumber luar
biasa, memiliki teman-teman yang mendukung..dan suami yang selalu bisa membuat aku bersyukur karena tak salah memilih :-)






<< Home |

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]