Monday, August 01, 2005

Imperia..ah..Imperia

Seperti buku-buku terbitan Akoer lainnya, cover Imperia dibuat menarik, dengan font silver dan warna yang sederhana tapi menimbulkan kesan mendalam. Buku ini menimbulkan kontroversi di salah satu milis yang saya ikuti. Tapi bukan itu yang membuat saya membeli buku ini.

Saya membeli buku ini karena sinopsis yang ada di bagian belakang buku. Pembunuhan yang terkait dengan seorang diva dan pejabat tinggi. Sounds political. Menarik.
So..mulailah saya membaca Imperia. Dan ternyata buku ini sukses membuat saya teramat enggan untuk berhenti.
ANB ternyata sangat piawai mengolah kata, membuat cerita terasa hidup dan menyeret pembaca ke dalamnya. Tense-nya terasa sampai akhir. Saya dibuat terus menebak-nebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
Imperia memang kaya. Di dalamnya ada berbagai macam hal, dari soal politik, wisata sampai teknologi. Bahkan saya membaca lagi soal VRML yang pernah saya pelajari di tahun 98. Menurut saya aneka ragamnya isi buku ini bisa menjadi suatu kelebihan sekaligus kekurangan. Kelebihan karena buku ini bisa memperkaya il-peng kita. Kekurangan karena terlalu banyak hal membuat buku ini jadi seperti banyak maunya, kurang fokus. Sperti ingin merengkuh setiap orang yang memiliki minat yang berbeda-beda. Yang terjadi pada saya, beberapa kali saya losing focus ketika membaca. Saya seperti membaca buku Rakkaustarina/Lousiana-Lousiana-nya Mang Jamal digabung dengan Supernova-nya Dee digabung lagi dengan Memburu Kalacakra-nya Ani Sekarningsih plus ensiklopedi :-) Karena hal-hal itu beberapa bagian jadi terasa begitu panjang.
Hampir semua karakter dijelaskan jalan hidupnya. Ini membantu untuk mengenali karakter tokoh utama seperti MC, Wikan Larasati, Marendra, Rangga & Jend. Pur. Tapi even Stefan yang hanya muncul sebentar sebagai "guide" di Konstanz turut dipaparkan secara mendetail.
Bab empatnya yang kontroversial..Carmina Burana..saya akui memang cukup vulgar. Lucunya sisi vulgar ini hanya muncul begitu banyak di satu bab ini. Not like Harlequin books misalnya yang bertebaran dari awal sampai akhir. Kevulgaran ini menurut saya sih sebenarnya bisa dibuat tidak muncul dan tidak mengganggu jalan cerita secara keseluruhan, atau mungkin diperhalus. However, saya mengerti bahwa pastinya sulit bagi seorang penulis menghilangkan hasil berpikir kreatifnya begitu saja. And perhaps that's one of the author and/or publisher's way to attract the market.
But saya rasa penulis memang kebablasan dengan mencantumkan nama Asma Nadia, Gola Gong dan aktifis FLP lainnya di bagian galeri. Walaupun hanya satu bab, Carmina Burana tells about sex openly. Sekedar empati, saya bisa membayangkan reaksi yang diterima Asma Nadia ketika para pembaca setia bukunya menemukan namanya di Imperia dan berpikir bahwa AN mensupport tulisan seperti itu. Coz to be honest..we cannot expect everybody to always think positive, right? Saya yakin bahwa AN dsb pun pasti memuji ANB in term of his awesome creative writing.
Overall, Imperia is a nice story to read. Beautifully written. Satu gebrakan lagi di dunia penulisan tanah air kita.






<< Home |

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]