Wednesday, May 03, 2006

Preschool Hunting 1: Why Montessori.

Kerjaan hunting preschool di KL ini udah dimulai sejak pertama gw pindah ke
KL. Waktu itu gw decide buat ambil Gymboree session aja dulu, playgroup bukan preschool. Tapi sekarang Ikel semakin besar dan dokter jg nyaranin buat masuk
daily school biar dia lebih terekspos sama anak lain, so mulai deh nyari.
Sialnya, gw baru aja pindah rumah tanpa memperhitungkan faktor preschool.
Akibatnya, rumah gw jauh dari preschool.
Oke, emang ada tadika-tadika n taska yang deket, tapi semuanya pake kurikulum nasional.
Apa salahnya dengan kurikulum nasional?



It's a matter of preference for sure. Tapi kurikulum nasional nggak sejalan
dengan konsep pendidikan dini yang gw anut. Hampir sama dengan kurikulum
nasional di Indonesia, malah sedikit lebih parah, semuanya terlalu konsentrasi pada sisi akademis.
Dari hasil diskusi sama dokter plus beberapa principal disini, ternyata semua
itu karena tuntutan orangtua disini juga yang pengen anak-anaknya advance dalam sisi akademis. Itu juga katanya kenapa preschool2 yang mengusung konsep "cepat bisa baca", "multimedia" atau tuition2 seperti Kumon laku keras disini.
Itu juga karena tuntutan SD disini yang minta murid2 udah bisa baca pas masuk SD (I thought it's the school's duty, not preschool!). Jadi disini kindergarten bukan lagi tempat buat anak bermain, tapi kebanyakan fokus buat belajar.
Gw sih sedih banget. Pertama, gw kasian ama anak-anaknya. Kedua, gw jadi kepaksa mesti cari international school buat SD Ikel nantinya kalau mau tetep strict to my concept. International school mana ada yang murah!
Sebenernya kejadian sama juga banyak berlaku di Indonesia.
Mau nggak mau gw jadi inget curhat my aunti di Indo. Dia masukin anaknya ke integrated school yang nerapin learning by playing. Sistemnya bebas, kaya
Montessori, anaknya nggak dilarang ini itu. Tapi anaknya jadi ketinggalan bisa baca n tulis sama anak2 TK lain yang kurikulumnya tradisional. Dan dia jadi takut sendiri karena orangtua2 lain very proud anaknya udah bisa baca-tulis-hitung sedangkan anaknya belum.
Waktu itu gw bilang..so what gitu lho?
Menurut gw emang seperti itu..anak lain udah bisa baca tulis lebih dulu, so what? Toh pada akhirnya anak tetep bisa baca tulis. Mungkin sedikit lebih lambat dari yang lain, tapi apa ada beda yang signifikan yang ngefek ke masa depan mereka nantinya?
Apa anak yang bisa baca-tulis-hitung lebih dulu bakal punya masa depan yg lebih cemerlang dari mereka yang nggak? No guarantee.
Gw juga mikir..kalo target si sekolah mainly cuma bikin si anak cepat baca-tulis-hitung, kalau mereka udah mencapai itu, apa lagi?
Tapi di Indo udah mulai banyak juga sekolah2 dengan sistem learning by playing, malah sekolah yang sistem back to nature. SD negerinya jg nggak se-strict disini yang minta anak udah bisa baca.

Gw pro sistem pendidikan usia dini seperti Montessori. Semua permainannya punya konsep, ngajarin anak macam2 hal dengan bermain..dan yang dikembangkan juga bukan cuma sisi IQnya. Gw juga pro kalau orangtua ngajarin anak baca-tulis-hitung, gw sendiri melakukannya, dengan syarat nggak menjadikan itu sebagai paksaan dan bikin suasana belajar lebih kaya bermain.

Selama gw hunting preschool, gw coba juga dua sekolah yang non-Montessori.
Terus terang, gw miris. Di satu sekolah yang jaringannya luas banget n terkenal dengan program cepat bacanya, gw ngeliat anak umur 2 tahun lebih, pada duduk di kursi dengan meja di depannya (bukan meja bulat buat dipakai bersama, tapi dedicated table), duduk menghadap guru (bukan bikin circle), n dikasih kertas n pinsil buat belajar nulis huruf. Dikasih buku mewarnai n crayon tapi didikte dulu warna setiap bagiannya. Gw nggak ngeliat sisi kreativitas mereka dibangun. Dan yang bikin gw lebih miris, gak ada mainan kecuali satu sliding disitu yang dipakai barengan sama empat kelas. Gak banyak buku. Gak banyak mainan edukasi. Gak ada outdoor playing. Dan even anak2nya juga nggak ngobrol gitu. Gw mikir, dalam kondisi seperti itu, apa yang bisa anak gw pelajari selain mata pelajarannya itu?

Sekolah satu lagi, pakai sistem duduk circle, tapi juga nggak kelihatan pengembangan sisi kreatif si anak.
But yes..sekolah2 ini sukses mencetak anak2 yg bisa baca tulis di usia dini.Dan laku keras.

Gw sendiri merasa lebih comfy begitu nyoba sekolah2 Montessori. Anak nggak dipaksa duduk di kelas. Begitu mereka bosan, bisa cari mainan sendiri..n semua mainannya edukatif. Bosan main balik lagi ke kelas. Setiap main mainan edukatif didampingin juga sama gurunya, so they get something by playing beside the fun. Targetnya juga nggak terlalu muluk2, n rasanya lebih acceptable. Instead of langsung diajar nulis huruf, mereka dikasih kegiatan yang bisa bantu mereka buat lebih mudah nulis nantinya. Ikel lebih kelihatan bahagia begitu di sekolah2 yang learning by playing gini daripada sekolah2 dengan metode tradisional. Dan gw juga ngerasa lebih sreg karena menurut gw semua itu berguna untuk jangka panjang.
Target lima kosa kata baru per bulan misalnya, menurut gw reasonable. Gw bisa ajarin sendiri di rumah kalau ngerasa itu kurang (kan ada buku 1000 first words! hehe..really2 helpful..).
The min side in montessory preschool is..the fee! Hehe.

Setiap ortu pasti punya priority waktu nyari preschool buat anaknya. Buat gw, priority gw adalah buat ngasih anak gw environment yang bisa bantu dia socialize.
But again, setiap orangtua pasti punya pertimbangan sendiri. Gw punya waktu lebih so gw bisa ngajar sendiri Ikel buat baca, tulis, ngitung, ngaji..walaupun sekarang baru sekedar pengenalan huruf, angka dan konsep angka. Tapi waktu juga barang mewah, yang nggak semua orang punya. Gw ngerti juga kalau banyak ortu yang force sekolah buat ngajarin itu semua.
But just a little reminder..jangan lupa waktu bermainnya..






<< Home |

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]