Tuesday, January 27, 2004

Teleportasi, antara Sains dan Spiritualisme - part I

Sejak gue kecil, gue udah kenal deket banget ama yang namanya "Mr/Mrs/Miss Macet". Entah kenapa, rumah gue selalu jauh dari tempat gue beraktifitas; dari sekolah, dari kampus sampai sekarang ini dari tempat kerja.
Saking seringnya gue ngelamun di jalan nungguin mobil di depan gue maju, gue sering banget ngebayangin asiknya kalau ada mesin buat bawa gue kemana aja gue mau. Di bayangan gue, mesinnya berbentuk box telepon, terus begitu gue masuk gue tinggal bilang gue mau kemana. And zzzzzzzzzttt....lenyaplah gue dari box telepon itu dan terus muncul di tempat tujuan gue.
Karena gue dulu bukan penggemar film Star-Trek, and kalau nonton Star-Trek ya cuma selewat-selewat..maka tak kenallah gue sama yang namanya teleporter. Gue nggak tahu bahwa di film Star-Trek ada alat yang mirip sama apa yang ada di bayangan gue. Sekarang jadi nyesel gue nggak dari dulu-dulu nonton Star-Trek, ternyata filmnya bagus banget. Kenapa ya dulu gue nggak mau nonton? Mungkin gara-gara tokohnya tampilannya aneh-aneh. Ahh..kok jadi ngelantur.

Gue mulai terus mikirin lagi soal teleporter ini ketika gue selesai baca buku Timeline, karya Michael Crichton. A bit different dari yang gue pikirin karena teleporter dalam buku Timeline kan accross time boundary, sedangkan yang gue bayangin nggak sejauh itu lah. Cukup berpindah tempat. Ternyata banyak orang yang berpikiran sama dengan gue, bahwa alat seperti itu bakalan helpful banget. Buktinya, dari sisi sains, para ahli udah mulai getol mempelajari possibility of having this kind of machine sejak lama.

The amazing thing, ternyata teleportasi udah bisa bener-bener dilakukan walaupun baru skala kecil.Tahun 1998, ada California Institute of Technology yang berhasil teleport photon. But waktu itu metode yang dipakai adalah menghancurkan fotonnya terlebih dahulu di sisi A, mengirimkan konfigurasi atomiknya ke sisi B, and yang dilakukan di B adalah rekonstruksi si konfigurasi tadi. Jadi sebenernya kalau gue bilang, ini bukan bener-bener teleportasi, tapi lebih condong ke cloning.
Di tahun 2002, giliran Austrialian National University yang berhasil do teleportation. Sekarang skalanya lebih besar dari photon, mereka berhasil teleport laser beam. Tapi metode yang digunakan tetep sama yaitu menghancurkan lasernya dulu di sisi pengirim and rekonstruksi di sisi penerima. Again, buat gue ini cloning.
Okay..then in 2003, University of Vienna lebih canggih lagi, berhasil teleport photon tanpa proses destroy di sisi pengirim. Gue nggak ngerti detailnya gimana mereka sampai berhasil karena gue nggak ngerti apa yang gue baca..:-D Baca aja sendiri @ http://physicsweb.org/article/news/7/2/6. Tapi gue belum yakin ini beneran gak destroy, so gue ngga bisa bilang ini udah bersih dari proses cloning.

Selama metodenya masih pake acara destroy-destroy, I don't think the technology can be applied to human being. Gila aja, buat gue berarti itu makhluknya hilang dong. Terus yang muncul di sisi satunya lagi apa?Hasil fotocopy kan? Yang namanya hasil fotocopy, tetep aja bukan aslinya.
Belum lagi pasti muncul issue, bahwa manusia itu kan bukan cuma jasad fisik. Begitu kita didestroy, gimana tuh nasib ruh kita?

.............to be continued..............
***ntar dulu ah..berenti dulu, udah malem..mau pulang..****






<< Home |

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]