Friday, January 23, 2004

"Semi-living-things" inside our body???!!???

Teknologi makin canggih aja...makin gak kebayang. Prey, salah satu novel favorit gue, ngebahas soal riset and implementasi nano-teknologi and agen terdistribusi. I like that novel coz it's about my field of study..Apalagi distributed-agent itu was my favorite subject..
Emang sih di novel itu dibilangin that semua kejadian yang ada di novel itu bukan kisah nyata, but based on real research. Semua riset and group yang disebutin beneran ada..berarti emang teknologi-teknologinya lagi dikembangin.
Salah satu teknologi yang ada di Prey adalah kamera-kamera super mini yang dipakai buat kedokteran.
Bayangin aja..ke dalem badan kita dimasukkin "makhluk-makhluk" kecil berbentuk kamera mini. Terus "makhluk-makhluk" kecil itu reside di badan kita, merekam, mengamati semua fungsi tubuh kita bagian dalem. Kalo dari segi ukuran mungkin emang makhluk-makhluk itu keciiiiil banget, like small dots for us...thanks to nano-technology...tapi tetep aja itu benda mati! Gue sih bilangnya "semi-living-things". Why? Karena though itu benda mati, tapi dia udah melalui proses pembelajaran. Dia punya knowledge base yang luas..and dia punya kemampuan decision making. So dia bisa "do" something according to the knowledge and rules given.
And beberapa hari lalu gue baca di majalah, sekarang udah ada teknologi yang namanya Biosensor. Ternyata Biosensor ini versi kecilnya teknologi kedokteran yang ada di Prey. Kalo di Prey kan ukurannya udah super mini and kita bisa inject more than one chip pada satu waktu..kalo Biosensor ini masih versi sederhananya. Masih berupa satu chip, and ukurannya juga masih visible. Tugasnya sama juga...buat deteksi, buat meriksa..and ditanem di badan juga, kayak susuk.
Amazing nggak sih???!!Yang semula cuma gue baca sekarang udah jadi bendanya, walaupun versi sederhana. Tapi gue yakin in few years teknologi yang persis ama di Prey udah jadi.
Yang jadi pertanyaan gue, apakah orang-orang siap dengan teknologi ini? Starting with myself, apa gue siap?I'm not sure. Ini kan masalah memasukkan suatu benda asing ke dalam tubuh.
Okay..kalo ibu-ibu pake spiral juga toh sama aja..masukin benda asing ke dalam tubuh. But wait, tau nggak bahwa banyak kasus terjadi reaksi gak cocok dari tubuh wanita itu terhadap spiral? Ada yang langsung pingsan begitu selesai dipasang, ada yang bleeding..Padahal spiral kan benda pasif. And this one, the one that I call "semi-living-things"???Buat gue ini benda aktif, yang suddenly bisa melakukan sesuatu yang gue gak yakin hasilnya bagus.
Gue bisa ngebayangin how they work. Begitu disuntikkin ke badan kita, makhluk-makhluk itu bakalan menyebar ke berbagai tempat yang mau diamati. Terus berdasarkan knowledge yang udah ditanemin ke mereka, mereka bisa tau when something's going wrong pada bagian yang mereka amati tersebut.
Theoritically, mereka seharusnya bisa lebih pinter daripada dokter manusia. Manusia kan gampang lupa, biar udah dijejelin ribuan teori. Kalo benda-benda ini kan bisa dicecokin banyak ilmu, and lewat process learning mereka bisa tarik keputusan based on ilmu-ilmu itu. But they cannot give something that is truly important, human touch. Gimana pun juga pasti lebih enak dibilangin dokter bahwa kamu sakit ini sakit itu dibanding dapet info dari "semi-living-things". Dokter manusia bisa milih kata-kata yang lebih enak, more relieving..and bisa konsultasi lebih jauh.
I appreciate and proud of the advance of the technology..but I don't think I feel comfortable with the idea of having those "semi-living-things" inside my body. At least I don't want to be the first generation to do it..:-D
Why?Coz I know programming..hehe..and having a program without bug is very rare case. Coba aja..bikin program yang kayanya simple aja udah bisa ngebug..apalagi program yang kompleks banget. Moreover, di dunia agen paralel, bisa jadi kan kita nggak bisa memprediksi next action dari agen tersebut. Kalo tiba-tiba dia melenceng dari rule yang udah ditetapin gimana?
And balik lagi ke masalah reaksi tubuh, gimana kalo masing-masing orang punya reaksi yang berbeda sama benda tersebut?Kan gak mungkin dilakukan test buat semua jenis orang, nentuin jenisnya aja belum tentu bisa. My hubby's idea lebih gila lagi..katanya gimana kalo testing hanya dilakukan sama orang-orang di negara pembuatnya, misalnya di US?Terus ternyata benda itu sensitif sama sambel????Orang Barat kan rata-rata gak suka pedes..jadi kasus kaya gitu bisa gak kedetect pas testing. Lah..buat kebanyakan orang Indonesia, mana enak sih makan gak pake sambel????
But again, that's only my opinion. Gue yakin pasti banyak yang membutuhkan teknologi seperti itu, buat kontrol kesehatan dsb. Salut from me for the invention!

***tulisan diatas adalah hasil ngobrol ama suami tersayang***






<< Home |

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]