Friday, January 28, 2005

Flash Fiction: Main Hujan

Waktu kecil aku senang main hujan. Dari gerimis sampai hujan besar. Aku berlari, meloncat-loncat, menadah air dengan tanganku. Segar, merambat sampai ke hati.
Rambut basah, baju basah. Pulang disambut omelan ibu. Tapi senangnya tetap tidak terkira.
Sekarang, melihat hujan, aku ingin berlari ke tengahnya. Ingin kembali meloncat-loncat dan menyambut butirannya. Ingin redakan galau hati dan mengusir segala masalah yang menerpa.
Jadi dewasa ternyata tidak mudah. Begitu banyak tuntutan yang harus kupenuhi.
Aku ingin kembali ke masa kecil.
Maka aku berlari ke tengah hujan. Kembali meloncat-loncat dan menadah air dengan kedua tangan. Berteriak kegirangan. Air membasahi seluruh tubuhku, masuk ke mulutku, dan terus ke hatiku. Air hujan ternyata tetap sanggup menyegarkan hatiku. Hilang galauku walau sesaat.
Aku gembira. Aku terus meloncat-loncat.
Dan orang-orang di sekitarku menatapku dengan pandangan aneh. Berbisik-bisik.
“Orang gila ya? Orang gila ya?”
“Iya kali..”
“Ih jorok, nggak tahu malu, bajunya sampai nempel begitu. Badan dipamerin kemana-mana..”
“Mama, kok tante itu boleh hujan-hujanan?Kok adek nggak?”
“Hush, jangan dicontoh, itu kan orang sakit jiwa!”
Ah, jadi dewasa memang tidak mudah. Mau mengecap kebahagiaan kala hujan saja sudah jadi pusat perhatian orang.

******************************TAMAT**********************

hmmm..nulis flash fiction asyik juga...






<< Home |

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]