Friday, April 22, 2005

Cinta Bunda, Cinta Luar Biasa Manusia Biasa

Cinta anak sepanjang galah
Cinta ibu sepanjang jalan


Sekedar ungkapan yang digunakan untuk menggambarkan besarnya cinta seorang ibu pada anaknya. Tapi jalan manakah di dunia ini yang tanpa ujung? Adakah daratan tak berujung? Adakah jalan yang membentang sepanjang daratan dan membelah samudra, menghubungkan satu titik awal dan titik akhir yang sama di bumi?
Apa ungkapan itu salah? Apakah cinta seorang ibu memang memiliki "ujung"?


Ketika ibu Malin Kundang mengutuk anaknya, apakah dia kehilangan cintanya? Ketika seorang wanita membunuh bayinya yang baru lahir karena dia lahir tanpa ayah, apakah dia takkan dirundung penyesalan seumur hidupnya?

Cinta seorang ibu pada anaknya memang luar biasa. Seorang ibu yang lembut bisa jadi segarang macan demi membela anaknya. Bila perlu, seorang ibu rela mengorbankan diri demi anaknya. Tak bisa dipungkiri, cinta seorang ibu pada anaknya memang luar biasa. Jika bisa, seorang ibu rela memindahkan semua duka dan perih yang diderita anaknya pada dirinya.

Cinta seorang ibu pada anaknya, mungkin melebihi cintanya pada diri sendiri. Tak salah, karena sembilan bulan lamanya sang anak tinggal dalam rahimnya. Tapi tak hanya sembilan bulan itu sang anak menjadi bagian dirinya. Bagi seorang ibu, selamanya sang anak tetap menjadi bagian dirinya. Bahagia sang anak adalah bahagia sang ibu, kekecewaan sang anak adalah kekecewaan sang ibu.

Tetapi cinta sang ibu pada anaknya, tetaplah cinta manusia biasa, yang memiliki lelah, yang memiliki pamrih. Walau cinta itu tak hilang, rasa lelah tetap dapat datang. Ketika sang anak kecil dan susah diatur, sering membuat kesal dan marah. Sang ibu pun beristighfar dan tetap mencoba tenang.
Ketika besar sang anak melupakan sang ibu, sibuk dengan teman-teman dan kehidupan masa mudanya. Sang ibu hanya dapat menatap anaknya dari jauh, merindukannya dan mengingat sang anak sewaktu masih berupa bayi merah. Sang ibu ingin berbicara hati ke hati dengan sang anak yang semakin terasa jauh, dan sang anak menghindar karena baginya hidupnya bukan hidup ibunya. Sang anak mengabaikan waktu sekian lama yang telah ditempuhnya dalam belaian sang ibu. Melupakan jerih payah ibunya yang membesarkannya dengan susah payah.
Dan sang ibu pun menangis. Lelah. Kecewa.

Salahkah bila cinta sang ibu berpamrih? Berpamrih sedikit penghargaan dari sang anak yang telah menghabiskan banyak waktu dan tenaganya? Sedikit pelukan, sedikit ciuman dan ungkapan kasih? Seorang ibu tetaplah manusia. Tidak bisa seperti Allah yang mencintai makhluk-Nya tanpa sedikit pun pamrih. Tidak bisa seperti Rasulullah SAW yang mencintai umatnya tanpa pamrih.

Mungkin membutuhkan waktu lama bagi seorang anak untuk menyadari besarnya cinta sang ibu padanya. Mungkin baru disadarinya saat sang anak pun memiliki seorang anak yang dicintainya dengan tulus. Mungkin juga tak pernah disadari sang anak karena sang anak tidak pernah memikirkannya.

Tapi cinta seorang ibu memang luar biasa. Bahkan jika sang anak telah menyakitinya, membuangnya sedemikian rupa, cintanya tetap ada. Jika sang anak kembali ke pelukannya, kan disambutnya dengan tangan terbuka dan cinta yang tak pernah berkurang. Tak pernah ada rasa sesal bagi sang ibu yang membesarkan anaknya dengan penuh cinta.

Cinta seorang ibu pada anaknya, adalah sebuah cinta yang luar biasa dari seorang manusia biasa.

***********

"Mama..." Dan anakku berlari menghampiriku, wajah cerianya dipenuhi senyum ketika melihat kehadiranku. Aku berlutut menyambut pelukannya.
"Mamaaa.." Dia memelukku erat. Aku balas memeluknya.
"I love you," bisikku sambil mencium kedua pipinya. Anakku, mudah-mudahan bila kau dewasa nanti, kau tidak akan pernah lupa untuk memelukku seperti ini.







<< Home |

This page is powered by Blogger. Isn't yours?

Subscribe to Posts [Atom]